JAKARTA–Konflik
antara Korea Utara dan Korea Selatan dianggap makin membahayakan
keamanan dan stabilitas kawasan, sehingga sejumlah pihak pun bersiap
meghadapinya.
“Aksi dan pernyataan mereka tidak menolong sama
sekali atas perkembangan keadaan di sana. AS dan Sekutu sebetulnya ingin
retorika Korut melunak, namun hal itu tidak terjadi,” tegas Menteri
Pertahanan Amerika Serikat (AS), Chuck Hagel.
Dia juga menambahkan, bahwa AS sangat siap untuk menghadapi keadaan darurat.
“Kami
akan melakukan apapun untuk menangkal tiap aksi Korut, untuk melindungi
negara kami dan tiap kepentingan kami dan sekutu kami,” imbuhnya,
kepada jurnalis di Pentagon, AS, Kamis (11/4).
Bagian dari
kesiapan AS itu adalah jaringan radar dan satelit yang terus
dilatihsiagakan menghadapi serangan peluru kendali balistik bergerak
yang bisa diluncurkan Pyongyang setiap saat.
Jepang, sebagaimana dinyatakan CNN, menyiagakan jaringan sistem pertahanan peluru kendali penangkal di sekitar Tokyo.
Banyak
pula rombongan turis China–sekutu utama Pyongyang–membatalkan
kunjungannya ke Korut, dan panglima Armada Ketujuh AS di Pasifik
menyatakan ini saat paling menegangkan sejak Perang Korea berakhir pada
dasawarsa 1950-an.
Sejak Desember lalu, Korut menempatkan satelit
di orbitnya untuk menuntun roket yang diklaim berkepala nuklir untuk
peluncuran jarak jauh, setelah menguji bom nuklir, sebagai serangan
pendahuluan ke daratan AS.
Walau kemampuan itu masih diragukan, AS dan sekutunya tidak mau memandang sebelah mata.
Guna
menambah efek penggentarnya, Korut konsisten membungkus rapat-rapat
kemampuan peluru kendali mereka yang sebenarnya, selain juga teknologi
nuklir yang sebenarnya mereka kuasai.
Sumber intelijen AS menilai,
Korut mungkin merencanakan peluncuran ganda peluru kendali lintas
benua, beberapa saat setelah dua peluru kendali bergerak, Musudan
ditempatkan di pesisir timur negara komunis itu.
Akan tetapi, sumber intelijen itu tidak memiliki data mengenai jumlah pasti arsenal peluru kendali dan peluncur Korut.
Musudan
merupakan senjata pamungkas yang belum diuji, yang dinyatakan Korut
mampu meluncur sekitar 3.500 kilometer. Berarti, Musudan mampu mencapai
daratan Guam, pangkalan Armada Ketujuh AS di sisi barat Samudera
Pasifik.
Di Guam, terdapat pangkalan udara dan laut utama AS. Di
Guam pula sistem pertahanan anti-peluru kendali AS, THAAD (Terminal High
Altitude Area Defense Systems) yang mampu merontokkan peluru kendali
lintas benua, digelar.
Sistem tersebut dikembangkan secara bersama
antara Lockheed Martin Space System sebagai kontraktor utama, didukung
Raytheon, Boeing, Aerojet, Rocketdyne, Honeywell dan BAE Systems.
Pengembangannya menelan biaya 800 juta dolar AS.
THAAD di Guam
lebih canggih dan mumpuni ketimbang sistem MIM-104 Patriot, yang
cenderung digunakan untuk pertahanan aktif titik di daratan.
Walau
sistem kerja keduanya mirip, namun THAAD lebih menyandarkan kalkulasi
dan prediksi data dari satelit yang memperkirakan trajektori, momentum,
dan hal-hal teknis lain peluru kendali musuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar